Cerpen Cinta - Lelaki Bersama Pesan Singkat
Cerpen Cinta - Lelaki Bersama Pesan Singkat, cerpen cinta ini di tulis oleh sahabat kami Retna Wati. cerpen cinta ini bercerita tentang seseorang yang pernah menjadi pujaan hatinya. yuk langsung aja kita baca dari pada penasaran.
Beep beep
Reza Mahameru
Jika kemarin “dia” ku anggap yang terindah meski sesaat dan jika “dia” kembali menjadi yang terindah lagi akan ku jadikan keindahan itu tidak sesaat lagi.
Sebuah kalimat singkat dari seorang lelaki bernama Reza Mahameru. Lelaki yang pernah menjadi pujaan hati ku semasa SMA. Bahkan dulu aku sangat terhipnotis dengan kecuekan dan keluguan tampangnya. Penasaran hati yang tidak terbendung lagi menjadikan aku terus mencari tau setiap detail dari sosok berwajah jawa tulen itu. Mulai dari mencari nomor telfon hingga mencari tau statusnya. Aaahh ternyata waktu itu dia seorang single yang belum pernah berpacaran dengan gadis manapun. Original sekali lelaki itu.
Kedekatan yang berawal dari pesan singkat berbuah manis. Sedikit pendekatan jarak jauh itu ternyata mampu menjadikan aku untuk pertama kalinya berpacaran dengan teman satu kelas ku. Perjalanan aku dan dia menjadi sepasang kekasih selama kurang lebih enam bulan perjalanan kehidupan di masa itu.
Tapi sekarang kisah sudah berubah. Cerita sudah berbeda. Jika dulu aku yang memulai semua kisah, kali ini lelaki itu datang seakan ingin memulai kisah baru dengan sosok aku dan dia yang telah mengalami banyak transformasi.
Begitu banyak cerita di masa lalu yang terus melayang di fikiran dan benak ku, sampai membuat ku lupa membalas pesan singkat reza. Ku balas pesan singkat Reza dengan satu kalimat pendek.
Nana Maulindya
“dia”, kamu tau masa lalunya seperti apa.
Handphone yang ku letakkan tak jauh dari tempat ku berbaring kembali bergetar selang beberapa menit saja. Pesan singkat yang baru saja ku kirim terbalas sudah.
Reza Mahameru
masa lalu itu bisa dikatakan sebuah sejarah. Dan untuk saat ini sudah dikatakan menjadi pra sejarah. Cukup menjadi pelajaran hidup bagi yang telah melewatinya. Aku tau ataupun tidak, aku tidak akan pernah mengatakan atau membicarakan, terkecuali masa lalu itu berjalan dengan ku.
Ku hela nafas panjang. Ku hempaskan pelan-pelan. entah apa yang salah. Tapi malam ini aku begitu tidak ingin membahas tentang perasaan yang terlalu mendalam. Ku pandangi langit-langit kamar ku yang berwarna biru muda. Ku coba untuk memikirkan balasan apa yang harus ku katakan untuknya. Ku pejamkan mata ku, fikiran ku melayang jauh, hingga akhirnya ku putuskan untuk membalas pesan singkat Reza dengan satu kalimat pendek.
Nana Maulindya
Haru bacanya :’)
Hati ku memang tersentuh dengan kata-kata yang Reza kirimkan. Tapi aku masih terlalu enggan untuk membuka hati kembali. Bayangan masa lalu, bayangan lelaki masa sekarang yang sangat aku kagumi. Semua hal itu masih setia menemani waktu malam ku sebelum mata terpejam dan jiwa ku terlelap.
Beep beep
Reza Mahameru
“dia” bagi ku tetap ku pandang sama. Aku tak akan mengatakan aku menerima apa adanya, tapi suatu saat aku akan berkata mari kita jalan bersama menuju masa depan. Terharu? Boleh jika aku bercerita tentang masa lalu mu?
Belum sempat ku balas pesan singkat itu, pesan baru memasuki kotak masuk ku.
Reza Mahameru
Jika berbicara tentang masa lalu dan tentang menerima apa adanya, hanya satu yang bisa menerima segalanya, yang telah membuat kita hidup sampai saat ini. Nana Maulindya, walau bagaimanapun, aku tetap sama seperti yang kamu kenal saat kita pertama kali bertemu.
Nana Maulindya
Aku yang sekarang jauh berbeda dengan aku yang pertama kali kamu kenal dulu. Wujud ku masih sama, tapi hati, jiwa, dan banyak bagian dari diri ku yang berubah.
Reza Mahameru
Dan hal itu yang sangat aku sukai sekarang dari diri mu. Hanya satu hal yang belum bisa aku lihat pada diri mu dari dulu sampai sekarang. Kamu enggak pernah bisa membedakan dimana kamu seharusnya meletakkan hati mu. Hanya ego yang selalu kamu turuti. Hanya keinginan hati yang selalu kamu utamakan. Tanpa pernah peka dan peduli dengan perasaan seseorang yang dari dulu ada dan selalu menunggu untuk mu. Hal itu yang sangat sulit ku pahami dari kamu.
Sekarang aku juga berbeda. Semua sudah berubah seiring semakin jauh perjalanan yang telah aku lewati . episode hidup ku saat ini sudah berbeda dengan episode hidup ku yang kemarin. Meskipun perasaan mu pada ku telah berubah ataupun tidak, aku tidak tau. Tapi tetap ku syukuri, apapun itu.
Imajinasi dan fikiran ku melayang. Tanpa eksekusi apapun. Aku hanya terdiam. Menikmati angin sepoi sepoi berpadukan suara jangkrik yang begitu jelas terdengar di telinga dari jendela kamar berukuran sedang. Ku angkat tubuh ku duduk di sudut tempat tidur. Ku palingkan wajah ku ke arah jendela kamar sambil seakan mencoba menerka apa yang akan terjadi setelah malam ini. Lelaki yang sering ku abaikan perhatiannya, pesan singkatnya, mampu berbicara seperti ini. Meneduhkan hati yang kesepian ini. Lalu kemana lelaki yang aku kagumi. Kemana lelaki yang aku agung agungkan keberadaannya hingga aku menolak setiap sosok lelaki lain yang datang dan ingin memberi ku cinta dengan tulus tanpa aku meminta. Bodoh. Lelaki itu bahkan meninggalkan ku dengan perjalanan cinta yang baru seumur jagung. Hidup seperti apa ini. Fikir ku semakin melayang. Semakin rumit perasaan yang aku rasakan.
Setiap kata pada pesan singkat itu memang benar adanya. Seperti itulah aku. Mata ku mulai basah. Ku coba menahan aliran air itu, tapi semua terlambat. Air bening itu sudah mengalir di kedua pipi chubby ku.
“jangan terlalu cepat mengambil keputusan. Kalo kamu butuh tempat bersandar, bersandar sama fajar. Fajar siap jadi tempat kamu bersandar selama kamu belum menemukan lelaki yang sesuai”.
Suara fajar yang lembut sedikit membuat ku terkejut, namun aku sangat mengenali nada berbicara dan warna suara lelaki ini dan rasa itu segera ternetralisir. Segera ku hapus air di sudut mata ku. Mencoba bersikap biasa saja, namun masih terdiam tanpa kata.
Fajar, lelaki yang memanggil ku dengan sebutan gula jawa. Dia sahabat lelaki terbaik ku, yang selalu ada untuk ku, untuk cerita cerita ku. Entah cerita yang ku suguhkan indah atau sebuah keluh kesah, dia tetap menjadi pendengar, panasehat dan seorang motivator yang sangat aku kagumi setiap kalimat yang terucap dari bibir tipis lelaki ini.
“tapi aku nggak mau terus terusan bergantung sama kamu. Wanita lain sudah bersandar di bahu kamu. Aku nggak pengen semakin memberatkan mu”, ucap ku lirih menahan setiap rasa yang bercampur menjadi satu.
Suasana hening. Semilir angin yang masuk melalui ventilasi sedikit menusuk tulang tulang bagi yang merasakan. Fajar membenarkan posisi duduknya, menghadap ke arah ku dan semakin dekat dengan wajah ku sambil memegang kedua tangan ku.
“nggak papa. Aku siap untuk kamu dan untuk dia. Kita sahabat. Meskipun perasaan ku pernah lebih terhadap mu, dan perasaan mu juga demikian. tapi ingat lah kita tetap sahabat. Sahabat harus selalu bisa menjadi sandaran bagi sahabatnya. Kamu bukan wanita lemah. Kamu wanita baik, lembut, penyayang. Aku bahkan terpesona dengan semua itu. Jangan pernah takut sendiri. Aku selalu di sini untuk mu. Untuk persahabatan kita.”
Ku peluk sosok lelaki yang duduk di hadapan ku. Ku peluk erat. Sambil terisak, meneteskan setiap kesedihan yang selama ini ku simpan di dalam sudut sudut hati ku.
“terima kasih untuk setiap waktu yang selalu ada untuk ku. Untuk setiap telinga yang selalu kamu siapkan untuk mendengar setiap keluh kesah ku. Memberikan aku banyak pesan bagi perjalanan panjang hidup ku ke depan. Menjadi motivator terbaik. Terimakasih fajar. Ti amo.”
Aku semakin terisak karna lelaki yang ku cintai saat ini sedang berada dipelukan ku, namun hati, cinta, dan kasih sayangnya sudah milik wanita lain.
“percayalah, apapun yang terjadi aku akan menjadi wanita paling tegar bagi hati mu. Meskipun pelukan ini akan segera terpisahkan, dan rambut ku tak akan pernah lagi tersentuh oleh tangan lembut mu. Aku akan tetap tegar bagi hati mu, bagi hati ku, bagi hati kita, dan bagi hati nya yang sampai sekarang belum ku ketahui sosoknya.”
Pelukan ku semakin kuat. Aku seakan takut tak bisa memeluknya lagi. Tapi kehidupan telah berubah. Aku harus segera melepas pelukan itu. Ku gigit bibir ku. Mencoba menahan tangis yang ingin terus menampakkan wujudnya. Sakit sekali Tuhan.
“aku akan berfikir dan aku janji nggak akan terlalu cepat memutuskan. Jangan khawatir fajar. Jika memang Reza bisa menjadi penjaga hati ku lagi, aku akan bersiap dengan semuanya, tetapi jika tidak aku hanya akan menunggu lebih lama untuk seseorang itu. I’m okey. Don’t worry,” ucapku sambil melepaskan pelukan hangat itu dan mencoba meyakinkan fajar bahwa semua akan baik saja.
“aku percaya gula jawa,” jawab fajar sambil mengecup lembut kening ku.
“jaga selalu hati mu untuk dinda,” ku katakan kalimat itu sambil menunjuk ke dada fajar.
“jaga hati mu untuk seseorang itu,” ucap fajar sambil membelai lembut rambut ku.
Aku akan sangat merindukan masa ini. Masa ku bersama lelaki yang ku sayangi. Tapi tuhan sudah punya rencana lain bagi hati ku. Aku akan bersiap untuk itu. Mungkin bersama lelaki yang telah menyentuh hati ku melalui pesan singkat itu.
Cerpen Cinta - Lelaki Bersama Pesan Singkat
Beep beep
Reza Mahameru
Jika kemarin “dia” ku anggap yang terindah meski sesaat dan jika “dia” kembali menjadi yang terindah lagi akan ku jadikan keindahan itu tidak sesaat lagi.
Sebuah kalimat singkat dari seorang lelaki bernama Reza Mahameru. Lelaki yang pernah menjadi pujaan hati ku semasa SMA. Bahkan dulu aku sangat terhipnotis dengan kecuekan dan keluguan tampangnya. Penasaran hati yang tidak terbendung lagi menjadikan aku terus mencari tau setiap detail dari sosok berwajah jawa tulen itu. Mulai dari mencari nomor telfon hingga mencari tau statusnya. Aaahh ternyata waktu itu dia seorang single yang belum pernah berpacaran dengan gadis manapun. Original sekali lelaki itu.
Kedekatan yang berawal dari pesan singkat berbuah manis. Sedikit pendekatan jarak jauh itu ternyata mampu menjadikan aku untuk pertama kalinya berpacaran dengan teman satu kelas ku. Perjalanan aku dan dia menjadi sepasang kekasih selama kurang lebih enam bulan perjalanan kehidupan di masa itu.
Tapi sekarang kisah sudah berubah. Cerita sudah berbeda. Jika dulu aku yang memulai semua kisah, kali ini lelaki itu datang seakan ingin memulai kisah baru dengan sosok aku dan dia yang telah mengalami banyak transformasi.
Begitu banyak cerita di masa lalu yang terus melayang di fikiran dan benak ku, sampai membuat ku lupa membalas pesan singkat reza. Ku balas pesan singkat Reza dengan satu kalimat pendek.
Nana Maulindya
“dia”, kamu tau masa lalunya seperti apa.
Handphone yang ku letakkan tak jauh dari tempat ku berbaring kembali bergetar selang beberapa menit saja. Pesan singkat yang baru saja ku kirim terbalas sudah.
Reza Mahameru
masa lalu itu bisa dikatakan sebuah sejarah. Dan untuk saat ini sudah dikatakan menjadi pra sejarah. Cukup menjadi pelajaran hidup bagi yang telah melewatinya. Aku tau ataupun tidak, aku tidak akan pernah mengatakan atau membicarakan, terkecuali masa lalu itu berjalan dengan ku.
Ku hela nafas panjang. Ku hempaskan pelan-pelan. entah apa yang salah. Tapi malam ini aku begitu tidak ingin membahas tentang perasaan yang terlalu mendalam. Ku pandangi langit-langit kamar ku yang berwarna biru muda. Ku coba untuk memikirkan balasan apa yang harus ku katakan untuknya. Ku pejamkan mata ku, fikiran ku melayang jauh, hingga akhirnya ku putuskan untuk membalas pesan singkat Reza dengan satu kalimat pendek.
Nana Maulindya
Haru bacanya :’)
Hati ku memang tersentuh dengan kata-kata yang Reza kirimkan. Tapi aku masih terlalu enggan untuk membuka hati kembali. Bayangan masa lalu, bayangan lelaki masa sekarang yang sangat aku kagumi. Semua hal itu masih setia menemani waktu malam ku sebelum mata terpejam dan jiwa ku terlelap.
Beep beep
Reza Mahameru
“dia” bagi ku tetap ku pandang sama. Aku tak akan mengatakan aku menerima apa adanya, tapi suatu saat aku akan berkata mari kita jalan bersama menuju masa depan. Terharu? Boleh jika aku bercerita tentang masa lalu mu?
Belum sempat ku balas pesan singkat itu, pesan baru memasuki kotak masuk ku.
Reza Mahameru
Jika berbicara tentang masa lalu dan tentang menerima apa adanya, hanya satu yang bisa menerima segalanya, yang telah membuat kita hidup sampai saat ini. Nana Maulindya, walau bagaimanapun, aku tetap sama seperti yang kamu kenal saat kita pertama kali bertemu.
Nana Maulindya
Aku yang sekarang jauh berbeda dengan aku yang pertama kali kamu kenal dulu. Wujud ku masih sama, tapi hati, jiwa, dan banyak bagian dari diri ku yang berubah.
Reza Mahameru
Dan hal itu yang sangat aku sukai sekarang dari diri mu. Hanya satu hal yang belum bisa aku lihat pada diri mu dari dulu sampai sekarang. Kamu enggak pernah bisa membedakan dimana kamu seharusnya meletakkan hati mu. Hanya ego yang selalu kamu turuti. Hanya keinginan hati yang selalu kamu utamakan. Tanpa pernah peka dan peduli dengan perasaan seseorang yang dari dulu ada dan selalu menunggu untuk mu. Hal itu yang sangat sulit ku pahami dari kamu.
Sekarang aku juga berbeda. Semua sudah berubah seiring semakin jauh perjalanan yang telah aku lewati . episode hidup ku saat ini sudah berbeda dengan episode hidup ku yang kemarin. Meskipun perasaan mu pada ku telah berubah ataupun tidak, aku tidak tau. Tapi tetap ku syukuri, apapun itu.
Imajinasi dan fikiran ku melayang. Tanpa eksekusi apapun. Aku hanya terdiam. Menikmati angin sepoi sepoi berpadukan suara jangkrik yang begitu jelas terdengar di telinga dari jendela kamar berukuran sedang. Ku angkat tubuh ku duduk di sudut tempat tidur. Ku palingkan wajah ku ke arah jendela kamar sambil seakan mencoba menerka apa yang akan terjadi setelah malam ini. Lelaki yang sering ku abaikan perhatiannya, pesan singkatnya, mampu berbicara seperti ini. Meneduhkan hati yang kesepian ini. Lalu kemana lelaki yang aku kagumi. Kemana lelaki yang aku agung agungkan keberadaannya hingga aku menolak setiap sosok lelaki lain yang datang dan ingin memberi ku cinta dengan tulus tanpa aku meminta. Bodoh. Lelaki itu bahkan meninggalkan ku dengan perjalanan cinta yang baru seumur jagung. Hidup seperti apa ini. Fikir ku semakin melayang. Semakin rumit perasaan yang aku rasakan.
Setiap kata pada pesan singkat itu memang benar adanya. Seperti itulah aku. Mata ku mulai basah. Ku coba menahan aliran air itu, tapi semua terlambat. Air bening itu sudah mengalir di kedua pipi chubby ku.
“jangan terlalu cepat mengambil keputusan. Kalo kamu butuh tempat bersandar, bersandar sama fajar. Fajar siap jadi tempat kamu bersandar selama kamu belum menemukan lelaki yang sesuai”.
Suara fajar yang lembut sedikit membuat ku terkejut, namun aku sangat mengenali nada berbicara dan warna suara lelaki ini dan rasa itu segera ternetralisir. Segera ku hapus air di sudut mata ku. Mencoba bersikap biasa saja, namun masih terdiam tanpa kata.
Fajar, lelaki yang memanggil ku dengan sebutan gula jawa. Dia sahabat lelaki terbaik ku, yang selalu ada untuk ku, untuk cerita cerita ku. Entah cerita yang ku suguhkan indah atau sebuah keluh kesah, dia tetap menjadi pendengar, panasehat dan seorang motivator yang sangat aku kagumi setiap kalimat yang terucap dari bibir tipis lelaki ini.
“tapi aku nggak mau terus terusan bergantung sama kamu. Wanita lain sudah bersandar di bahu kamu. Aku nggak pengen semakin memberatkan mu”, ucap ku lirih menahan setiap rasa yang bercampur menjadi satu.
Suasana hening. Semilir angin yang masuk melalui ventilasi sedikit menusuk tulang tulang bagi yang merasakan. Fajar membenarkan posisi duduknya, menghadap ke arah ku dan semakin dekat dengan wajah ku sambil memegang kedua tangan ku.
“nggak papa. Aku siap untuk kamu dan untuk dia. Kita sahabat. Meskipun perasaan ku pernah lebih terhadap mu, dan perasaan mu juga demikian. tapi ingat lah kita tetap sahabat. Sahabat harus selalu bisa menjadi sandaran bagi sahabatnya. Kamu bukan wanita lemah. Kamu wanita baik, lembut, penyayang. Aku bahkan terpesona dengan semua itu. Jangan pernah takut sendiri. Aku selalu di sini untuk mu. Untuk persahabatan kita.”
Ku peluk sosok lelaki yang duduk di hadapan ku. Ku peluk erat. Sambil terisak, meneteskan setiap kesedihan yang selama ini ku simpan di dalam sudut sudut hati ku.
“terima kasih untuk setiap waktu yang selalu ada untuk ku. Untuk setiap telinga yang selalu kamu siapkan untuk mendengar setiap keluh kesah ku. Memberikan aku banyak pesan bagi perjalanan panjang hidup ku ke depan. Menjadi motivator terbaik. Terimakasih fajar. Ti amo.”
Aku semakin terisak karna lelaki yang ku cintai saat ini sedang berada dipelukan ku, namun hati, cinta, dan kasih sayangnya sudah milik wanita lain.
“percayalah, apapun yang terjadi aku akan menjadi wanita paling tegar bagi hati mu. Meskipun pelukan ini akan segera terpisahkan, dan rambut ku tak akan pernah lagi tersentuh oleh tangan lembut mu. Aku akan tetap tegar bagi hati mu, bagi hati ku, bagi hati kita, dan bagi hati nya yang sampai sekarang belum ku ketahui sosoknya.”
Pelukan ku semakin kuat. Aku seakan takut tak bisa memeluknya lagi. Tapi kehidupan telah berubah. Aku harus segera melepas pelukan itu. Ku gigit bibir ku. Mencoba menahan tangis yang ingin terus menampakkan wujudnya. Sakit sekali Tuhan.
“aku akan berfikir dan aku janji nggak akan terlalu cepat memutuskan. Jangan khawatir fajar. Jika memang Reza bisa menjadi penjaga hati ku lagi, aku akan bersiap dengan semuanya, tetapi jika tidak aku hanya akan menunggu lebih lama untuk seseorang itu. I’m okey. Don’t worry,” ucapku sambil melepaskan pelukan hangat itu dan mencoba meyakinkan fajar bahwa semua akan baik saja.
“aku percaya gula jawa,” jawab fajar sambil mengecup lembut kening ku.
“jaga selalu hati mu untuk dinda,” ku katakan kalimat itu sambil menunjuk ke dada fajar.
“jaga hati mu untuk seseorang itu,” ucap fajar sambil membelai lembut rambut ku.
Aku akan sangat merindukan masa ini. Masa ku bersama lelaki yang ku sayangi. Tapi tuhan sudah punya rencana lain bagi hati ku. Aku akan bersiap untuk itu. Mungkin bersama lelaki yang telah menyentuh hati ku melalui pesan singkat itu.
....Selesai....
Profil Penulis :
Barisan cerita pendek
Retna Wati
Twitter : @retnawati_
Blog : retnadaily.blogspot.com
Blog : retnadaily.blogspot.com